Menjadi orang tua yang sukses dalam mendidik anak-anaknya menjadi impian dan harapan kita semua, ada beberapa hal harus diperhatikan:
Meskipun manusia berkeinginan kuat mendidik dan menunjukkan anak-anaknya kepada kebaikan tetapi Allah jualah yang menunjukki dan memberi hidayahNya. Hal ini sebagaimana doa nabi Nuh a.s, “Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil, “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.”(Hud: 42).
Juga sebagimana doa yang telah diajarkan didalam Al Qur’an, “Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqon:74)
Usaha dan tenaga yang telah kita dikerahkan dengan bersungguh-sungguh untuk mendidik anak sesuai dengan ajaran Islam tidak akan muncul secara instan seperti kita membuat kopi, langsung diseduh dan taraa jadilah secangkir kopi yang manis. Usaha yang kita lakukan dalam mendidik anak anak kita akan menampakkan hasil setelah usaha tersebut kita lakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Sesungguhnya ilmu diperoleh dengan mempelajarinya, adapun kelembutan dapat diperoleh dengan melatihnya, sikap lembut, dan kesabaran dapat diperoleh dengan melatih berbuat sabar. Jadi, barang siapa bersungguh-sungguh mencari kebaikan niscaya akan diberikan kebaikan. Dan barang siapa bersungguh-sungguh menjauhi keburukan niscaya akan terhindar dari keburukan. Allah SWT berfirman: “Dan mereka berkata, “Mengapa ia tidak membawa bukti kepada Kami dari Tuhannya?” Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu.” (Thaha: 133).
Peranan bapak tidak bisa dilakukan oleh selainnya dan peranan ibu tidak bisa dilakukan oleh selainnya. Masing-masing mempunyai kualifikasi untuk melakukan peranan yang tidak bisa dilakukan selainnya. Bapak adalah sumber keputusan dan ketegasan sedangkan ibu adalah sumber kasih sayang dan kelembutan. Bapak dan ibu memiliki waktu untuk saling tukar informasi seputar anak-anaknya dan mengikuti kondisi perkembangans anak-anaknya.
Rasa percaya antara orang tua dengan anaknya dibangun dengan dasar hormat dan cinta, dengan tidak menuduh mereka tetapi menanyai dan meminta penjelasan meski terkadang dijawab anak dengan kebalikan yang diketahuinya. Jangan saling melukai diantara anda dan mereka, jangan menjadi lawan dan musuh anak-anak kita, akan tetapi jadilah kita sebagai orang tua yang tetap menampung mereka.
Suasana tenang dan nyaman dirumah akan memberikan pengaruh terhadap ketenangan jiwa anak. Terkadang perbedaan pendapat dan perselisihan antara bapak dan ibu bisa saja terjadi, namun perlu diingat jangan sampai terjadi pertengkaran antara bapak dan ibu dihadapan anak-anaknya. Karena perselisihan dan pertengkaran akan menimbulkan konflik batin pada diri anak. Bapak dan ibu menciptakan suasana yang menyenangkan untuk semua anggota keluarga. Membangunan keharmonisan dan kebersamaan dengan anak-anak di setiap saat. Menjadikan rumah sebagai tempat yang memberikan ketenangan bagi semua penghuninya.
Di zaman yang serba canggih ini, ibaratnya semua informasi ada didalam gengaman kita melalui HP yang kita miliki, bapak dan ibu dapat memanfaatkannya untuk mencari informasi tentang problem-probelem yang dihadapi dalam mendidik anak sehingga memiliki wawasan dan solusi pada saat menghadapi permasalahan dalam mendidik anak-anaknya. Sehingga setiap permasalahan yang kita hadapi dapat kita selesaikan dengan tidak melanggar pada ajaran Islam.
Usaha maksimal dan waktu telah kita curahkan dengan segenap tenaga untuk mendidik anak-anak kita, sebagai peguatnya jangan lupa sebut naka anak-anak kita dalam setiap doa kebaikan kita untuk mereka. Doakan mereka minimal 5 X setelah kita melakukan sholat wajib.
Walllahu a’lam bissawwab.
(dari buku Membumikan Harapan Rumah Tangga Islam Idaman karya Ustad Abu Al Hamd Rabi’)